Minggu, 24 Oktober 2010

Asal Usul Kota Banda Aceh Darussalam


Catatan sejarah tentang kegiatan pelaut-pelaut Paoenisia yang tersimpan dalam perpustakaan dikota pelabuhan Alexandria (Iskandariyah), tetapi karena sudah hilang maka yang dapat digunakan sebagai sumber adalah Injil (Thomas Braddell “ The Ancient trede of the Indian Archipelago”, Jil. II No: 3, 1857) antara lain tentang apa yang pernah disampaikan oleh The King of Salomon (Nabi Sulaiman A.S) kepada rakyatnya, yaitu pelaut-pelaut Phonesia supaya berlayar menuju ke timur untuk menemui gunung Ophir, karena ditempat tersebut banyak tersimpan harta berharga yaitu emas. Tiga tahun lamanya pelaut tersebut berpergian, mereka kembali dengan berhasil membawa harta karun tersebut dalam jumlah besar ( D.M. Champhel mengatakan Ophir itu terletak di ujung utara Sumatra yaitu Aceh yang sekarang disebut kampong Pande. Semenjak itu daya tarik berlayar semakin besar untuk menuju ke timur kearah matahari terbit dan berangsur angsur pula bahan dagangan bertambah ragam. Dari Eropa dibawa orang-orang barang perdagangan ke Alexanderia, disini dipertukarkan dengan barang-barang yang dibawa oleh orang Arab Saba yang pada giliranya pula menampung barang-barang baik dari sepanjang pantai Arab Selatan maupun dari Teluk Parsi dan India. Pada masa itulah tampil di pasar Alexanderia hasil-hasil kekayaan dari Aceh seperti rempah-rampah, kapur barus, belerang, kemenyan, emas, perak dan timah.
 Orang Aceh Tempoe Duloe


Kamis, 21 Oktober 2010

Sejarah Kerajaan Islam di Aceh

Nisan Sultan Malik Al-Saleh atau Malikussaleh Nama asal beliau : Meurah Silu, pendiri Kerajaan Pasai, kerajaan Islam pertama di nusantara.
Sultan Malikussaleh memerintah sejak 1270 M hingga 1279 M. Makam ini berada didekat bekas reruntuhan bangunan pusat Kerajaan Samudera di Desa Beuringin Kecamatan Samudera 17 KM sebelah timur Lhokseumawe.
Nisan terbuat dari batu granit berpahatkan aksara Arab. terjemahannya, kira - kira demikian ;
ini kuburan almarhum yang diampuni, yang taqwa, yang menjadi penasihat, yang terkenal, yang berketurunan, yang mulia, yang kuat beribadat, penakluk yang bergelar Sultan Malik Al-Saleh

NISAN SULTAN MUHAMMAD MALIK AL-ZAHIR ATAU MALIKUZZAHIR

Nisan Sultan Muhammad Malik Al-Zahir atau Malikuzzahir anak laki - laki dari Sultan Malik Al-Shaleh dari pernikahannya dengan Putri Ganggang Sari, anak perempuan Sultan Peureulak. memimpin Kerajaan Samudera Pasai sekitar 1297 s/d 1326 M.

Terletak disamping makam Sultan Malik Al-Shaleh ayahandanya. Gelar lengkap beliau As-Syahid sahida' - marhum 1' Sultan Bin maliku'z-Zahir Syamsu'dunia wa'ddin Muhammad Bin Maliku's

Saleh.Terjemahannya, kurang lebih berbunyi sebagai berikut :
"Kubur ini kepunyaan tuan yang mulia Sultan Malik Al-Zahir cahaya dunia dan sinar agama Muhammad bina Malik al-salih wafat pada malam Ahad dua belas hari bulan Zulhijjah tahun 726 Hijriah"

Sejarah Idrapuri

Menurut riwayat sejarah, Indrapuri dulunya merupakan sebuah kerajaan yang didirikan masyarakat terdahulu di Aceh. Salah seorang adik perempuan putra Harsha dari India yang suaminya terbunuh dalam peperangan yang dilancarkan oleh bangsa Huna pada tahun 604 M melarikan diri. Setibanya di Aceh dari pelarian tersebut Putri kerajaan mendirikan sebuah kerajaan yang kini dikenal dengan sebutan Indrapuri. Hal tersebut diperkuat dengan fakta jika didekat Indrapuri terdapat perkampungan yang dulunya dihuni masyarakat beragama hindu yaitu di desa Tanoh Abei serta sejumlah kuburan Hindu di seputaran Indrapuri. Di kerajaan tersebut didirikan candi yang diberi nama dengan Indrapuri yang artinya 'Kuta Ratu'. Candi atau Masjid Indrapuri dulunya merupakan bagian dari tiga benteng yang berbentuk segitiga sebagai titik kekuatan tiga kerajaan Hindu terbesar. Kedua benteng lainnya adalah benteng Indrapatra di Ladong Kecamatan Mesjid Raya dan Benteng Indrapurwa di Lembadeuk Kecamatan Peukan Bada.

Seiring dengan perkembangan masuknya Islam ke Aceh, disusul dengan berubahnya kerajaan Lamuri menjadi kerajaan Islam, bangunan-bangunan candi menjadi terbengkalai. Pada akhirnya oleh kerajaan areal candi tersebut dialih fungsikan sebagai masjid. Kemudian pada masa kejayaan Sultan Iskandar Muda, di atas bekas candi tersebut kembali dipugar kembali menjadi masjid yang lebih megah dengan ukuran 18,8 m x 48,8 meter dan tinggi 11,65 meter

Sumber: http://www.facebook.com/Sejarah-Aceh

Radio Rimba Raya Menggugat Republik Indonesia Masih Ada

Radio Hilversum Belanda telah menyiarkan bahwa Indonesia sudah tidak ada, Yogyakarta telah diduduki, pemimpinnya telah ditawan, dan semua daerah Indonesia telah dikuasai oleh Belanda. Maka pusat pemerintahan tertuju pada daerah pedalaman Sumatera Barat sebagai pusat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ( PDRI ) 19 Desember 1948 dibawah pimpinan Syarifuddin Prawiranegara, yang diberi mandat langsung oleh Sukarno, walaupun mandat yang disampaikan lewat telegram itu tidak sampai ketangan pemimpin yang ada di Bukit Tinggi.
   
                                                    Tugu Radio Rimba Raya

Tujuan Sukarno pada saat itu untuk membentuk PDRI adalah semata-mata agar wilayah kedaulatan Indonesia, secara de facto yang tercantum pada perjanjian Linggar Jati 15 Februari 1946, eksistensinya tetap diakui secara politik di mata dunia internasional. Setelah perjanjian Roem Royen 07 Mei 1949, kemudian PDRI menyerahkan kembali kepemimmpinannya ke Jogjakarta dimana Aceh tidak termasuk kedalam bagian dari Republik Indonesia Serikat ( RIS ).